Benih ternak sapi dalam hal ini adalah semen beku sapi merupakan
salah satu faktor penting yang mempengaruhi kinerja produksi dan reproduksi
ternak sapi. Produksi semen beku sapi sampai dengan saat ini masih menjadi
kewajiban Pemerintah maupun Pemerintah Daerah. Kewajiban ini tercantum dalam
Undang-Undang nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan di
Pasal 14 pada ayat (1), yaitu “Pemerintah menetapkan kebijakan perbibitan nasional
untuk mendorong ketersediaan benih dan/atau bibit yang bersertifikat dan
melakukan pengawasan dalam pengadaan dan peredarannya secara berkelanjutan”. Kebijakan
dalam produksi dan distribusi semen beku, sebagaimana klausul pasal 14 ayat (1)
seyogyanya dapat mendorong pencapaian swasembada pejantan unggul berkelanjutan.
Berdasarkan perhitungan sementara yang dilakukan oleh tim penyusun
Roadmap swasembada pejantan unggul
berkelanjutan, kebutuhan semen beku nasional berjumlah kurang lebih 8,3
juta dosis. Jumlah ini terdiri atas produksi semen beku dan stok yang tersedia
di tahun 2018. Besarnya permintaan semen beku tersebut tentunya harus diiringi
dengan ketersediaan semen beku berkualitas dengan jaminan adanya sertifikat
dari LSPro benih dan bibit ternak. Acuan kualitas dimaksud berdasarkan SNI yaitu
SNI 4869.1: 2017-Semen beku-Bagian 2: Sapi dan SNI 4869.1: 2017-Semen
beku-Bagian 2: Kerbau, dengan parameter yang dipersyaratkan adalah motilitas post thawing minimum 40%, konsentrasi 25
juta per dosis dan motilitas semen segar minimum 70% atau recovery rate minimum 50%. Keempat parameter tersebut ditengarai
mampu memprediksi tingkat fertilitas semen beku yang diproduksi. Sementara, ada
parameter lain yang juga berperan dalam memberikan gambaran mengenai kualitas
semen, yaitu parameter keutuhan membran plasma spermatozoa saat evaluasi fresh semen.
Membran
Plasma Utuh (MPU) Spermatozoa
Keutuhan membran plasma
menurut Septiyani merupakan suatu keadaan yang menunjukkan fungsi fisiologis
membran yang terjaga sebagai kontrol terhadap transport air sehingga cairan
diluar sel tidak dapat memasuki sel. Adanya perubahan suhu dan tekanan osmotik yang drastis pada saat
proses pembekuan dan thawing. Pada
saat pembekuan sel
mengalami dehidrasi dan penyusutan karena tekanan hiper-osmotik sedangkan saat thawing terjadi rehidrasi sel mengalami
tekanan hipo-osmotik. Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi keutuhan membran plasma dalam mengatur pertukaran zat intra dan
ekstraselluler. Dengan demikian,
keberadaan
membran plasma bagi sperma penting untuk menjaga kelangsungan hidup spermatozoa.
Penggunaan pengencer oleh
balai yang memproduksi semen beku turut memberikan andil terhadap kondisi
membran plasma. Adanya perbedaan pengaruh bahan pengencer
terhadap membran plasma karena perbedaan rasio lipid penyusun membran dari
spermatozoa secara individu, dapat diminimalkan apabila dalam pengencer memilki
fungsi sebagai pelindung cold shock dan krioprotektan. Komponen dalam pengencer
yang berfungsi tersebut adalah gliserol, kuning telur, susu, low density lipoproteins (LDL), dan
lecithin kacang kedelai.
Respon Positif dari Larutan HOS terhadap Membran Sel Sperma |
Hypo-Osmotic Swelling (HOS) Test:
Mudah dan Efektif
Metode HOS Test dilakukan untuk memeriksa MPU spermatozoa dengan memaparkan
spermatozoa pada larutan hipo-osmosis. Larutan
HOS dibuat dari campuran 0,9 g fruktosa dengan 0,49 g sodium sitrat yang
dilarutkan dalam akuades hingga mencapai volume 100 ml. Semen beku (50μl)
dimasukkan ke dalam tabung eppendorf
yang mengandung 950 μl larutan HOS, kemudian dihomogenkan dan diinkubasi pada
suhu 37oC selama 30-45 menit. Kemudian sampel diteteskan ke dalam
gelas objek dan ditutup dengan gelas penutup. Evaluasi dilakukan dengan
mikroskop dengan pembesaran 400 kali
dari 10 lapang pandang. Menurut Prof. Arifiantini spermatozoa yang memiliki
membran plasma utuh ditandai oleh ekor melingkar atau menggelembung.
Penghitungan persentase spermatozoa hidup dilakukan sebagai Spermatozoa yang
mempunyai membran plasma utuh ditandai dengan pembengkakan bagian kepala dan
ekor yang melingkar.
Metode ini belum
dilakukan oleh balai inseminasi buatan selaku produsen semen beku sebagai
bagian dari prosedur standar produksinya, padahal metode ini relatif mudah
dilakukan dan memiliki efektifitas yang tinggi dalam menilai aspek fertilitas
semen beku. Kemudahan dimaksud adalah bahwa metode ini hanya membutuhkan
larutan HOS dan mikroskop cahaya saja, serta adanya perbedaan yang jelas antara
spermatozoa yang memiliki membran utuh (HOS positif) dengan yang memiliki
membran rusak (Hos negatif). Metode ini tidak serumit menghitung persentase
hidup, yang rawan terjadi bias dalam penghitungan akibat ketidakterampilan dalam membuat preparat
sehingga tidak terlalu terlihat perbedaan antara spermatozoa hidup dengan yang
mati.
Metode ini yang dikombinasikan dengan penghitungan parameter
motilitas spermatozoa sangat efektif dalam memprediksi kualitas dan potensi
fertilitas semen beku yang diproduksi. Secara teori, larutan HOS memaparkan
spermatozoa dalam kondisi hipo-osmotik, yang memaksa spermatozoa melakukan
pengaturan volume sel agar larutan di
dalam dan di luar sel menjadi seimbang kembali (isotonis). Kerusakan pada
membran plasma akan menyebabkan fungsi kontrol terhadap cairan yang masuk akan
berkurang sehingga tidak ada spermatozoa tidak dapat merespon perubahan kondisi
tersebut. Hal ini berarti hilangnya kemampuan spermatozoa dalam mengatur volume
sel agar selalu dalam keadaan iso-tonis.
Dampak kerusakan membran plasma ini disaat pembekuan akan terjadi
dehidrasi dan pengkristalan dalam sel spermatozoa yang mengakibatkan kematian
sel. Sedangkan saat di thawing
terjadi rehidrasi hypotonic shock
yang menyebabkan sel kelebihan cairan sehingga fungsi metabolisme sel menjadi
terganggu. Dampak kerusakan ini secara otomatis akan mempengaruhi motilitas post thawing, dan lebih jauh lagi akan menyebabkan keluarnya
enzim-enzim yang terdapat dalam tudung akrosom yang digunakan untuk penetrasi
ke oovum. Keluarnya enzim tersebut akan berdampak terhadap penurunan tingkat
fertilitas semen beku. Dampak buruk akibat kerusakan membran dapat dikurangi
dengan pemberian anti cold shock dan
krioprotektan dalam pengencer. Akan tetapi secara individual kemampuan sel
untuk menjaga keutuhan membran, mungkin diturunkan secara genetik. Artinya
pejantan-pejantan yang cenderung memiliki persentase MPU yang tinggi akan dapat
mewariskannya kepada keturunannya.
Standar MPU
Parameter MPU belum masuk
ke dalam persyaratan teknis SNI mengenai semen beku, maupun di dalam prosedur
standar produksi di balai. Nilai standar untuk parameter ini dapat mengadopsi
pada Minimum Standards for Production of Bovine Frozen yaitu minimal 40% . Penambahan parameter MPU pada
prosedur produksi balai tentunya diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas
semen beku yang diproduksi. Pemeriksaan MPU
dapat terapkan pada saat evaluasi semen segar dan saat thawing. Pemeriksaan MPU di semen segar untuk memperoleh informasi
dasar mengenai fungsi membran plasma spermatozoa sebelum dibekukan. Pemeriksaan
MPU saat thawing untuk memperoleh
informasi terkait efektifitas pengencer sebagai pelindung terhadap cold shock dan krioprotektan. Dengan
demikian, pemeriksaan MPU melalui uji HOS
test dapat menjadi salah satu metode untuk menguji kualitas semen baik sapi
maupun kerbau yang mudah dilakukan dan efektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
test..test..