Halaman

kolom diskusi

Jumat, 13 September 2019

ANCAMAN HEAT STRESS DAN DAMPAKNYA TERHADAP USAHA PETERNAKAN SAPI POTONG

Perubahan iklim secara global diprediksi menjadi masalah utama dalam penggemukan sapi potong di masa yang akan datang. Kondisi lingkungan ekstrim akibat tingginya temperature, radiasi matahari, kelembaban serta rendahnya kecepatan angin dapat memicu terjadinya heat stress pada ternak. Kondisi ini membuat ternak mengalami gangguan fungsi fisiologi dan penurunan imunitas yang pada akhirnya akan menurunkan performa.
Sapi mengalami Heat stress ketika beban panas tubuh melebihi kemampuan sapi untuk mengeliminasi panas tersebut. Secara fisiologis, Heat stress merupakan hasil keseimbangan negatif antara jumlah energi yang keluar dari tubuh ternak ke lingkungan sekitarnya dan jumlah energi panas yang diproduksi dan diserap oleh ternak. Semua pengaruh negatif heat stress pada sapi, merupakan hasil peningkatan temperatur tubuh, yang diperoleh dari metabolisme tubuh setelah makan.
Perolehan panas dari luar tubuh (heat gain) akan menambah beban panas bagi ternak bila suhu udara lebih tinggi dari suhu nyaman. Sebaliknya, akan terjadi kehilangan panas tubuh (heat loss) apabila suhu udara lebih rendah dari suhu nyaman. Perolehan dan penambahan panas tubuh ternak dapat terjadi melalui mekanisme radiasi, konduksi dan konveksi. Jalur utama pelepasan panas melalui mekanisme evaporative heat loss dengan jalan melakukan pertukaran panas melalui permukaan kulit (sweating) atau saluran pernapasan (panting).
Besarnya pengaruh heat stress bergantung pada lamanya paparan panas dan besarnya beban heat stress. Sebagai contoh, kondisi heat stress selama satu hari tidak berpengaruh terhadap kondisi ternak, karena ternak masih mampu beradaptasi, namun apabila kondisi heat stress ini berlangsung selama berhari-hari maka akan menyebabkan pengaruh negatif pada ternak. Kondisi ini dapat diperburuk dengan tingginya kelembaban udara dan radiasi sinar matahari.
Dampak heat stress pada sapi potong akan berpengaruh terhadap fisiologi dan tingkah laku sebagai proses termoregulasi melalui mekanisme homeostatis tubuh. Secara fisiologi, sapi lebih banyak membuang kelebihan panas tubuh dengan jalan bernafas secara cepat dan dangkal (panting) dibandingkan dengan mengeluarkan keringat. Heat stress ringan pada sapi ditandai dengan panting. Ternak yang mengalami heat stress yang berat akan menunjukkan peningkatan panting, membuka mulut untuk mempercepat pengeluaran panas tubuh dan mengeluarkan saliva lebih banyak. Apabila kondisi ini dibiarkan berlarut-larut maka sapi potong akan mengurangi asupan pakan sehingga berdampak pada penurunan bobot badan harian dan memburuknya penampilan reproduksi ternak.
Dampak heat stress menyebabkan kerugian ekonomi bagi peternak. Kerugian tersebut berupa kurangnya nilai jual ternak akibat dari tidak terpenuhinya target pertambahan bobot hariannya, sementara biaya pakan dan pemeliharaan tetap dikeluarkan. Selain itu, upaya penanganan dampak heat stress juga memerlukan biaya yang tidak sedikit. Kondisi tersebut akan menurunkan tingkat keuntungan peternak secara umum. 

Upaya Mengurangi Heat stress
Upaya mengurangi heat stress dapat dilakukan dengan membuat perencanaan usaha ternak sapi potong yang baik sejak awal. Peternak seyogyanya sudah memiliki perhitungan yang layak terkait dengan lokasi peternakan, bentuk kandang, dan potensi pakan serta hijauan di lokasi. Perhitungan tersebut bukan hanya terbatas pada finansial saja namun juga perhitungan teknis, yang salah satunya adalah peluang terjadinya heat stress di lokasi, terutama saat musim kemarau. Parameter peluang tersebut dapat digunakan sebagai langkah awal dalam mengecegah atau mengurangi dampak heat stress pada ternak sapi.
Praktik manajemen peternakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi beban heat stress pada sapi potong, diantaranya:
1.    Mengubah pola pakan dan komposisi ransum. Pemberian pakan yang sedikit di pagi hari dan lebih banyak pada sore hari dapat menjaga sapi tetap memperoleh asupan pakan. Konsumsi pakan yang lebih banyak selama sore dan malam hari dan sedikit pada siang hari dapat mengurangi produksi panas selama siang hari Pemberian pakan  sampai 6 kali sehari lebih baik dari dua kali sehari. Frekuensi yang tinggi dimaksudkan untuk mengurangi total produksi panas metabolis pada setiap pakan. Pemberian pakan dengan proporsi yang lebih tinggi selama malam hari berkontribusi untuk mengurangi pengaruh negatif dari heat stress.
2.    Pasokan ketersediaan air dan penyiraman. Pemberian pasokan air yang segar, dingin dan bersih menjadi komponen kritis dalam menjaga sapi tetap nyaman selama kondisi panas. Air penting dalam mengatur temperatur tubuh. Sapi akan minum lebih banyak air selama kondisi panas untuk mempertahankan temperatur normal tubuh. Kebutuhan  air untuk sapi yang mengalami heat stress dapat meningkat sampai dua kali dibandingkan stress selain panas.
3.    Menyediakan naungan untuk ternak. Penyediaan naungan bagi sapi juga dapat mengurangi heat stress melalui mengurangi paparan sinar matahari yang diterima tubuh sapi dan menyimpan persediaan air. Lama bernaung sapi dipengaruhi oleh suhu udara, kelembaban, radiasi, dan kecepatan angin. Semakin tinggi suhu udara lingkungan, sapi akan bernaung lebih lama sebagai upaya untuk mempertahankan panas tubuhnya agar tidak naik akibat heat stress dari suhu lingkungan. Semakin tinggi kelembaban udara dan radiasi matahari di sekitar sapi maka sapi akan bernaung lebih lama sedangkan semakin tinggi kecepatan angin maka sapi akan mengurangi intensitas lama bernaungnya karena angin dapat mereduksi panas tubuh sapi.
4.    Pemilihan lokasi dan struktur kandang. Pemilihan lokasi kandang harus memperhatikan faktor ketinggian, kecepatan angin, kelembaban, paparan sinar matahari, jenis vegetasi, ketersediaan sumber air dan aktivitas manusia di sekitar kandang. Faktor tersebut diharapkan mampu memberikan perlindungan jangka panjang terhadap masalah heat stress terhadap ternak. Bahan untuk strukur atap kandang yang mampu memantulkan dan menyerap radiasi dapat mengurangi penghantaran panas ke dalam kandang.
Selama periode kemarau yang sangat ekstrim, pengaruh heat stress akan banyak terjadi. Pengelolaan manajemen heat stress yang tepat sebagaimana paparan di atas akan dapat mengurangi pengaruh heat stress dan penampilan ternak akan dapat diperbaiki sesuai dengan potensi genetiknya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

test..test..