Halaman

kolom diskusi

Kamis, 23 Januari 2020

Kementan Lepas Aris, Pejantan Unggul Hasil Uji Zuriat Sapi Perah Nasional


Lembang, Kementerian Pertanian melalui salah satu unit pelaksana teknis (UPT) di bawah Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) yakni Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang menyelenggarakan pelepasan Aris sebagai pejantan unggul sapi perah hasil uji zuriat nasional ke-14 dengan kode 312110 di Lembang, 11 Desember 2019.

Menurut Praptono yang  mewakili Kepala BIB Lembang, pelepasan Aris ini bertujuan untuk mengukuhkan bahwa pejantan unggul tersebut telah lulus uji produksi susu di peternakan rakyat yang memiliki tantangan yang luar biasa berat. Hal tersebut disampaikannya pada saat menerima sertifikat pejantan unggul atas nama Aris dari Ditjen PKH.


Dalam pelepasan Aris ini turut hadir Komisi Pertimbangan Nasional yakni Dr. drh. Pallawarukka, M.Si, Drh. Kurnia Ahjadi, MS., dan Dr. Ir. Chalid Talib, MS., serta perwakilan Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak,  BBPTU HPT Baturraden, BBIB Singosari, BIB Lembang, BET Cipelang, dinas peternakan kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur bersama para rekorder dan perwakilan Koperasi perserta kegiatan Uji Zuriat.

Menurut Kurnia Ahjadi, Aris berhasil membuktikan bahwa pejantan sapi perah Indonesia memiliki potensi genetik yang baik walaupun dengan manajemen pemeliharaan sederhana di peternakan rakyat. Keturunan Aris di peternakan rakyat mampu mencapai nilai rata-rata produksi susu 5.544,4 + 1.142,8 kg/laktasi pertama dengan nilai Relative Breeding Value (RBV) 122,1%.

“Keturunan Aris memiliki postur yang bagus dan peternak mengakui bahwa produksinya lebih tinggi dibandingkan sapi non uji zuriat” ungkapnya.

Herdy Sartono, Kasubdit Ruminansia Perah yang mewakili Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, menyampaikan bahwa melalui program Uji Zuriat ini, terlihat adanya lompatan produksi susu sapi di lokasi pelaksanaan uji zuriat di tengah pertumbuhan populasi sapi perah di Indonesia tidak terlalu signifikan.

“Sejak tahun 2004 sampai dengan sekarang (2019) terlihat adanya peningkatan rata-rata produksi susu dari 10,8 kg per laktasi (2004) menjadi 13,8 kg per laktasi  atau naik 27,7% di peternak rakyat setelah adanya kegiatan ini”, ungkapnya.

Dalam pelepasan Aris tersebut, disampaikan pula perjalanan panjang pengujian produktivitas Aris di lapangan. Aris merupakan pejantan sapi perah yang lahir 9 Maret 2012 di Indonesia, dan masuk di BIB Lembang pada tahun 2014. Pada tahun 2017, semen beku Aris mulai dilakukan pengujian di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Berdasarkan hasil rapat preliminary result pada 9 Desember 2019, komisi pertimbangan dengan jajaran Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak, Ditjen PKH menetapkan Aris sebagai Pejantan Sapi Perah Hasil Uji Zuriat Sapi Perah Nasional ke 14.


Dalam acara pelepasan tersebut disampaikan pula bahwa uji zuriat di Indonesia memiliki kelebihan dibandingkan negara lain karena pelaksanaan pengujian calon pejantan unggul di peternakan rakyat. Kegiatan uji zuriat ini perlu terus didukung, karena terbukti mampu meningkatkan produksi susu di peternakan rakyat di tengah populasi sapi perah yang relatif bertahan di angka 600.000 ekor.
Rangkaian acara pelepasan Aris dilanjutkan dengan pemotongan pita dan bull show. Pada kegiatan bull show, ditampilkan “Aris” yang menjadi pejantan unggul hasil uji zuriat sapi perah nasional yang baru di lepas, bersama calon pejantan unggul yang akan dilepas tahun 2020, Flate, Flanggo, dan Folegan dipelihara oleh BIB Lembang. [HCM]

Kamis, 03 Oktober 2019

Sertifikasi sapi PO Kebumen


Perkumpulan Peternak Sapi PO Kebumen (Perpokep) mengusulkan 37 ekor untuk disertifikasi oleh LSPro Benih dan Bibit Ternak. Rincian 37 ekor sapi yang diusulkan terdiri atas 36 ekor betina dan 1 ekor jantan. LSPro Benih dan Bibit Ternak telah mengirimkan tim auditor  untuk melaksanakan audit kesesuaian pada 23-26 September lalu di wilayah binaan Perpokeb yang tersebar di 14 desa. 

Audit ini dilaksanakan untuk menilai kesesuaian antara standard operasional prosedur (SOP) dengan pelaksananya di tingkat peternak. “Peternak anggota Perpokep perlu memahami standar kerja dalam  SOP agar ada keseragaman pemeliharaan di peternak, yang pada akhirnya akan mencerminkan kualitas sapi PO yang dipelihara”, kata Harry, ketua tim Auditor. 

Audit kesesuaian diawali dengan pertemuan pembukaan yang dilaksanakan di sekretariat Perpokeb yang berada di Desa Tanggulangin. Pertemuan dihadiri oleh tim auditor, tim Perpokeb dan petugas dari Dinas Pertanian dan Pangan kabupaten Kebumen. Pertemuan pembukaan ini digunakan untuk mengklarifikasi data teknis, menyampaikan metode dan menyepakati rencana audit. Pada kesempatan ini Ketua Perpokep, M Kusnuddin menyampaikan bahwa ternak yang diusulkan merupakan hasil seleksi tim rekorder. “Semua ternak yang diusulkan telah bebas penyakit dan memiliki surat keterangan layak bibit”, kata M Kusnuddin.

Kegiatan selanjutnya adalah inspeksi dan closing meeting. Inspeksi dilaksanakan dengan melakukan pengukuran performa ternak, mencatat identitas ternak dan silsilahnya. Inpeksi dilaksanakan pada dua kluster wilayah yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Perpokep.  Kluster pertama terdiri atas desa Kenoyojayan, Lembupurwo, Banjurpasar, Ambalkumolo, Ayamputih, Pandanlor dan Kedungsari.  Sedangkan kluster kedua terdiri atas desa Grogolpenatus, Karanggadung, Ampelsari, Kewangunan, Sitiadi, Surorejan, dan Weton wetan.

Setelah inspeksi dilaksanakan, tim Auditor merumuskan ketidaksesuaian berdasarkan hasil wawancara, pengamatan, inspeksi dan acuan pedoman sertifikasi produk. Hasil rumusan tersebut kemudian disampaikan dan disepakati pada pertemuan penutup yang dilaksanakan pada 25 September 2019 di Sekretariat Perpokep. “Perpokep akan diusulkan untuk penerbitan sertifikat kesesuaian SNI setelah semua ketidaksesuaian diperbaiki dan semoga akan memberikan nilai tambah bagi peternak sapi PO Kebumen ”, kata Harry pada saat pertemuan penutupan audit.

Rabu, 02 Oktober 2019

PILAR MEDIA MASSA

Bogor (02/10), Pilar media massa merupakan penunjang keberlangsungan sebuah media yang ingin exist di dunia pewartaan. Hal itu terungkap pada kegiatan "Workshop Optimalisasi Kehumasan" yang disampaikan oleh Pimpinan Redaksi Republika, Irfan Junaedi, Rabu 2 Oktober 2019 di IPB Internatiol Convention Center, Bogor. Workshop ini difasilitasi oleh SUb Bagian Humas Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian.

Tiga pilar utama organisasi media massa adalah Redaksi, Marketing dan Support. Ketiga pilar tersebut saling mendukung dan menguatkan dalam membangun integritas dan mengembangkan media. Pemberitaan merupakan kerja dari ketiga pilar tersebut.

Pemberitaan harus dikemas dengan cantik agar dapat menarik mambaca. sehingga perlu ada pertimbangan yaitu nilai beritanya, unsur kemaslahatan, natiopnal interest dan stake holder. Pertimbangan tersebut akan membangun citra suatu peristiwa dan berdampak pada respon pembacanya.

Peran jurnalis dalam mencari dan mengolah berita perlu berpegang pada nilai atau kode etik. Nilai tersebut adalah terkait dengan kebenaran dalam memberitakan, asas keadilan yang meng -cover kedua sisi atas peristiwa yang terjadi, kemerdekaan dalam menuliskan pendapat, akuntabilitas terhadap karya nya dan berdasarkan kemanusiaan. Artinya jurnalis itu harus berani mengungkap fakta dari semua sisi yang tulisannya merdeka dari kepentingan tertentu namun perlu mempertimbangkan rasa kemanusiaan.

Bagi jurnalistik asal pegawai negeri untuk berpendapat dan menuliskan pendapat harus tetap memberikan pencerahan kepada masyarakat.



Jumat, 13 September 2019

ANCAMAN HEAT STRESS DAN DAMPAKNYA TERHADAP USAHA PETERNAKAN SAPI POTONG

Perubahan iklim secara global diprediksi menjadi masalah utama dalam penggemukan sapi potong di masa yang akan datang. Kondisi lingkungan ekstrim akibat tingginya temperature, radiasi matahari, kelembaban serta rendahnya kecepatan angin dapat memicu terjadinya heat stress pada ternak. Kondisi ini membuat ternak mengalami gangguan fungsi fisiologi dan penurunan imunitas yang pada akhirnya akan menurunkan performa.
Sapi mengalami Heat stress ketika beban panas tubuh melebihi kemampuan sapi untuk mengeliminasi panas tersebut. Secara fisiologis, Heat stress merupakan hasil keseimbangan negatif antara jumlah energi yang keluar dari tubuh ternak ke lingkungan sekitarnya dan jumlah energi panas yang diproduksi dan diserap oleh ternak. Semua pengaruh negatif heat stress pada sapi, merupakan hasil peningkatan temperatur tubuh, yang diperoleh dari metabolisme tubuh setelah makan.
Perolehan panas dari luar tubuh (heat gain) akan menambah beban panas bagi ternak bila suhu udara lebih tinggi dari suhu nyaman. Sebaliknya, akan terjadi kehilangan panas tubuh (heat loss) apabila suhu udara lebih rendah dari suhu nyaman. Perolehan dan penambahan panas tubuh ternak dapat terjadi melalui mekanisme radiasi, konduksi dan konveksi. Jalur utama pelepasan panas melalui mekanisme evaporative heat loss dengan jalan melakukan pertukaran panas melalui permukaan kulit (sweating) atau saluran pernapasan (panting).
Besarnya pengaruh heat stress bergantung pada lamanya paparan panas dan besarnya beban heat stress. Sebagai contoh, kondisi heat stress selama satu hari tidak berpengaruh terhadap kondisi ternak, karena ternak masih mampu beradaptasi, namun apabila kondisi heat stress ini berlangsung selama berhari-hari maka akan menyebabkan pengaruh negatif pada ternak. Kondisi ini dapat diperburuk dengan tingginya kelembaban udara dan radiasi sinar matahari.
Dampak heat stress pada sapi potong akan berpengaruh terhadap fisiologi dan tingkah laku sebagai proses termoregulasi melalui mekanisme homeostatis tubuh. Secara fisiologi, sapi lebih banyak membuang kelebihan panas tubuh dengan jalan bernafas secara cepat dan dangkal (panting) dibandingkan dengan mengeluarkan keringat. Heat stress ringan pada sapi ditandai dengan panting. Ternak yang mengalami heat stress yang berat akan menunjukkan peningkatan panting, membuka mulut untuk mempercepat pengeluaran panas tubuh dan mengeluarkan saliva lebih banyak. Apabila kondisi ini dibiarkan berlarut-larut maka sapi potong akan mengurangi asupan pakan sehingga berdampak pada penurunan bobot badan harian dan memburuknya penampilan reproduksi ternak.
Dampak heat stress menyebabkan kerugian ekonomi bagi peternak. Kerugian tersebut berupa kurangnya nilai jual ternak akibat dari tidak terpenuhinya target pertambahan bobot hariannya, sementara biaya pakan dan pemeliharaan tetap dikeluarkan. Selain itu, upaya penanganan dampak heat stress juga memerlukan biaya yang tidak sedikit. Kondisi tersebut akan menurunkan tingkat keuntungan peternak secara umum. 

Upaya Mengurangi Heat stress
Upaya mengurangi heat stress dapat dilakukan dengan membuat perencanaan usaha ternak sapi potong yang baik sejak awal. Peternak seyogyanya sudah memiliki perhitungan yang layak terkait dengan lokasi peternakan, bentuk kandang, dan potensi pakan serta hijauan di lokasi. Perhitungan tersebut bukan hanya terbatas pada finansial saja namun juga perhitungan teknis, yang salah satunya adalah peluang terjadinya heat stress di lokasi, terutama saat musim kemarau. Parameter peluang tersebut dapat digunakan sebagai langkah awal dalam mengecegah atau mengurangi dampak heat stress pada ternak sapi.
Praktik manajemen peternakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi beban heat stress pada sapi potong, diantaranya:
1.    Mengubah pola pakan dan komposisi ransum. Pemberian pakan yang sedikit di pagi hari dan lebih banyak pada sore hari dapat menjaga sapi tetap memperoleh asupan pakan. Konsumsi pakan yang lebih banyak selama sore dan malam hari dan sedikit pada siang hari dapat mengurangi produksi panas selama siang hari Pemberian pakan  sampai 6 kali sehari lebih baik dari dua kali sehari. Frekuensi yang tinggi dimaksudkan untuk mengurangi total produksi panas metabolis pada setiap pakan. Pemberian pakan dengan proporsi yang lebih tinggi selama malam hari berkontribusi untuk mengurangi pengaruh negatif dari heat stress.
2.    Pasokan ketersediaan air dan penyiraman. Pemberian pasokan air yang segar, dingin dan bersih menjadi komponen kritis dalam menjaga sapi tetap nyaman selama kondisi panas. Air penting dalam mengatur temperatur tubuh. Sapi akan minum lebih banyak air selama kondisi panas untuk mempertahankan temperatur normal tubuh. Kebutuhan  air untuk sapi yang mengalami heat stress dapat meningkat sampai dua kali dibandingkan stress selain panas.
3.    Menyediakan naungan untuk ternak. Penyediaan naungan bagi sapi juga dapat mengurangi heat stress melalui mengurangi paparan sinar matahari yang diterima tubuh sapi dan menyimpan persediaan air. Lama bernaung sapi dipengaruhi oleh suhu udara, kelembaban, radiasi, dan kecepatan angin. Semakin tinggi suhu udara lingkungan, sapi akan bernaung lebih lama sebagai upaya untuk mempertahankan panas tubuhnya agar tidak naik akibat heat stress dari suhu lingkungan. Semakin tinggi kelembaban udara dan radiasi matahari di sekitar sapi maka sapi akan bernaung lebih lama sedangkan semakin tinggi kecepatan angin maka sapi akan mengurangi intensitas lama bernaungnya karena angin dapat mereduksi panas tubuh sapi.
4.    Pemilihan lokasi dan struktur kandang. Pemilihan lokasi kandang harus memperhatikan faktor ketinggian, kecepatan angin, kelembaban, paparan sinar matahari, jenis vegetasi, ketersediaan sumber air dan aktivitas manusia di sekitar kandang. Faktor tersebut diharapkan mampu memberikan perlindungan jangka panjang terhadap masalah heat stress terhadap ternak. Bahan untuk strukur atap kandang yang mampu memantulkan dan menyerap radiasi dapat mengurangi penghantaran panas ke dalam kandang.
Selama periode kemarau yang sangat ekstrim, pengaruh heat stress akan banyak terjadi. Pengelolaan manajemen heat stress yang tepat sebagaimana paparan di atas akan dapat mengurangi pengaruh heat stress dan penampilan ternak akan dapat diperbaiki sesuai dengan potensi genetiknya. 

HOS TEST: UJI FUNGSI MEMBRAN SPERMA YANG MUDAH DAN EFEKTIF

Benih ternak sapi dalam hal ini adalah semen beku sapi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kinerja produksi dan reproduksi ternak sapi. Produksi semen beku sapi sampai dengan saat ini masih menjadi kewajiban Pemerintah maupun Pemerintah Daerah. Kewajiban ini tercantum dalam Undang-Undang nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan di Pasal 14 pada ayat (1), yaitu “Pemerintah menetapkan kebijakan perbibitan nasional untuk mendorong ketersediaan benih dan/atau bibit yang bersertifikat dan melakukan pengawasan dalam pengadaan dan peredarannya secara berkelanjutan”. Kebijakan dalam produksi dan distribusi semen beku, sebagaimana klausul pasal 14 ayat (1) seyogyanya dapat mendorong pencapaian swasembada pejantan unggul berkelanjutan.
Berdasarkan perhitungan sementara yang dilakukan oleh tim penyusun Roadmap swasembada pejantan unggul  berkelanjutan, kebutuhan semen beku nasional berjumlah kurang lebih 8,3 juta dosis. Jumlah ini terdiri atas produksi semen beku dan stok yang tersedia di tahun 2018. Besarnya permintaan semen beku tersebut tentunya harus diiringi dengan ketersediaan semen beku berkualitas dengan jaminan adanya sertifikat dari LSPro benih dan bibit ternak. Acuan kualitas dimaksud berdasarkan SNI yaitu SNI 4869.1: 2017-Semen beku-Bagian 2: Sapi dan SNI 4869.1: 2017-Semen beku-Bagian 2: Kerbau, dengan parameter yang dipersyaratkan adalah motilitas post thawing minimum 40%, konsentrasi 25 juta per dosis dan motilitas semen segar minimum 70% atau recovery rate minimum 50%. Keempat parameter tersebut ditengarai mampu memprediksi tingkat fertilitas semen beku yang diproduksi. Sementara, ada parameter lain yang juga berperan dalam memberikan gambaran mengenai kualitas semen, yaitu parameter keutuhan membran plasma spermatozoa saat evaluasi fresh semen.
Membran Plasma Utuh (MPU) Spermatozoa
Keutuhan membran plasma menurut Septiyani merupakan suatu keadaan yang menunjukkan fungsi fisiologis membran yang terjaga sebagai kontrol terhadap transport air sehingga cairan diluar sel tidak dapat memasuki sel. Adanya perubahan suhu dan tekanan osmotik yang drastis pada saat proses pembekuan dan thawing. Pada saat pembekuan sel mengalami dehidrasi dan penyusutan karena tekanan hiper-osmotik sedangkan saat thawing terjadi rehidrasi sel mengalami tekanan hipo-osmotik. Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi keutuhan membran plasma dalam  mengatur pertukaran zat intra dan ekstraselluler. Dengan demikian, keberadaan membran plasma bagi sperma penting untuk menjaga kelangsungan hidup spermatozoa.
 Penggunaan pengencer oleh balai yang memproduksi semen beku turut memberikan andil terhadap kondisi membran plasma. Adanya perbedaan pengaruh bahan pengencer terhadap membran plasma karena perbedaan rasio lipid penyusun membran dari spermatozoa secara individu, dapat diminimalkan apabila dalam pengencer memilki fungsi sebagai pelindung cold shock dan krioprotektan. Komponen dalam pengencer yang berfungsi tersebut adalah gliserol, kuning telur, susu, low density lipoproteins (LDL), dan lecithin kacang kedelai.  
Respon Positif dari Larutan HOS terhadap Membran Sel Sperma
Hypo-Osmotic Swelling (HOS) Test: Mudah dan Efektif
Metode HOS Test dilakukan untuk memeriksa MPU spermatozoa dengan memaparkan spermatozoa pada larutan hipo-osmosis. Larutan  HOS dibuat dari campuran 0,9 g fruktosa dengan 0,49 g sodium sitrat yang dilarutkan dalam akuades hingga mencapai volume 100 ml. Semen beku (50μl) dimasukkan ke dalam tabung eppendorf yang mengandung 950 μl larutan HOS, kemudian dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 30-45 menit. Kemudian sampel diteteskan ke dalam gelas objek dan ditutup dengan gelas penutup. Evaluasi dilakukan dengan mikroskop  dengan pembesaran 400 kali dari 10 lapang pandang. Menurut Prof. Arifiantini spermatozoa yang memiliki membran plasma utuh ditandai oleh ekor melingkar atau menggelembung. Penghitungan persentase spermatozoa hidup dilakukan sebagai Spermatozoa yang mempunyai membran plasma utuh ditandai dengan pembengkakan bagian kepala dan ekor yang melingkar.
Metode ini belum dilakukan oleh balai inseminasi buatan selaku produsen semen beku sebagai bagian dari prosedur standar produksinya, padahal metode ini relatif mudah dilakukan dan memiliki efektifitas yang tinggi dalam menilai aspek fertilitas semen beku. Kemudahan dimaksud adalah bahwa metode ini hanya membutuhkan larutan HOS dan mikroskop cahaya saja, serta adanya perbedaan yang jelas antara spermatozoa yang memiliki membran utuh (HOS positif) dengan yang memiliki membran rusak (Hos negatif). Metode ini tidak serumit menghitung persentase hidup, yang rawan terjadi bias dalam penghitungan akibat  ketidakterampilan dalam membuat preparat sehingga tidak terlalu terlihat perbedaan antara spermatozoa hidup dengan yang mati.
Metode ini yang dikombinasikan dengan penghitungan parameter motilitas spermatozoa sangat efektif dalam memprediksi kualitas dan potensi fertilitas semen beku yang diproduksi. Secara teori, larutan HOS memaparkan spermatozoa dalam kondisi hipo-osmotik, yang memaksa spermatozoa melakukan pengaturan volume sel agar  larutan di dalam dan di luar sel menjadi seimbang kembali (isotonis). Kerusakan pada membran plasma akan menyebabkan fungsi kontrol terhadap cairan yang masuk akan berkurang sehingga tidak ada spermatozoa tidak dapat merespon perubahan kondisi tersebut. Hal ini berarti hilangnya kemampuan spermatozoa dalam mengatur volume sel agar selalu dalam keadaan iso-tonis.
Dampak kerusakan membran plasma ini disaat pembekuan akan terjadi dehidrasi dan pengkristalan dalam sel spermatozoa yang mengakibatkan kematian sel. Sedangkan saat di thawing terjadi rehidrasi hypotonic shock yang menyebabkan sel kelebihan cairan sehingga fungsi metabolisme sel menjadi terganggu. Dampak kerusakan ini secara otomatis akan mempengaruhi motilitas post thawing,  dan lebih jauh lagi akan menyebabkan keluarnya enzim-enzim yang terdapat dalam tudung akrosom yang digunakan untuk penetrasi ke oovum. Keluarnya enzim tersebut akan berdampak terhadap penurunan tingkat fertilitas semen beku. Dampak buruk akibat kerusakan membran dapat dikurangi dengan pemberian anti cold shock dan krioprotektan dalam pengencer. Akan tetapi secara individual kemampuan sel untuk menjaga keutuhan membran, mungkin diturunkan secara genetik. Artinya pejantan-pejantan yang cenderung memiliki persentase MPU yang tinggi akan dapat mewariskannya kepada keturunannya.
Standar MPU
            Parameter MPU belum masuk ke dalam persyaratan teknis SNI mengenai semen beku, maupun di dalam prosedur standar produksi di balai. Nilai standar untuk parameter ini dapat mengadopsi pada Minimum Standards for Production of Bovine Frozen yaitu minimal 40% . Penambahan parameter MPU pada prosedur produksi balai tentunya diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas semen beku yang diproduksi. Pemeriksaan  MPU dapat terapkan pada saat evaluasi semen segar dan saat thawing. Pemeriksaan MPU di semen segar untuk memperoleh informasi dasar mengenai fungsi membran plasma spermatozoa sebelum dibekukan. Pemeriksaan MPU saat thawing untuk memperoleh informasi terkait efektifitas pengencer sebagai pelindung terhadap cold shock dan krioprotektan. Dengan demikian, pemeriksaan MPU melalui uji HOS test dapat menjadi salah satu metode untuk menguji kualitas semen baik sapi maupun kerbau yang mudah dilakukan dan efektif.

Rabu, 28 Agustus 2019

Cara mengajukan sertifikasi produk di LSPro Benih dan Bibit Ternak, klik tautan di bawah ini
Pengajuan Sertifikasi

Jumat, 12 April 2019

Pengembangan Domba Batur


Keanekaragaman sumberdaya genetik merupakan asset yang bersar bagi negara Indonesaia dan menjadi tugas nasional untuk menjaga dan melestarikan, serta mengupayakan pengembangannya.
Pemerintah untuk memberikan perlindungan hukum terhadap rumpun/galur Domba Batur yang merupakan rumpun domba lokal Indonesia yang berasal dari persilangan antara domba Merino dengan domba Ekor Tipis maka telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 2916/Kpts/OT.140/6/2011 tanggal 17 Juni 2011. Masyarakat Banjarnegara khususnya di daerah Batur dan sekitarnya telah mengembangkannya secara turun-temurun sehingga menjadi kebanggaan masyarakat.
Dalam rangka mempertahankan dan melestarikan sumberdaya genetik domba Batur, maka kabupaten Banjarnegara telah ditetapkan sebagai wilayah sumber bibit domba Batur dengan Kepmentan nomor: 352/Kpts/PK.040/06/2015.
Data populasi domba Batur di tahun 2018 dilaporkan sebanyak 7.900 ekor. Jumlah tersebut menurun sebanyak 40% bila dibandingkan populasi tahun 2017 yakni sekitar 13.173 ekor. Padahal, populasi domba Batur memiliki potensi untuk ditingkatkan karena domba Batur memiliki nilai ekonomis yang tinggi dari daging dan wool sehingga peternak akan lebih diuntungkan. Selain itu, selama ini domba batur juga telah banyak memberikan kontribusi pendapatan bagi rumah tangga peternak, yaitu sebagai penyedia protein hewani dan berperan dalam penyediaan pupuk kandang untuk budi daya pertanian.

  Tantangan yang perlu diatasi bersama adalah terkait penjualan dan pemotongan domba Batur yang tak terkendali dan penurunan kualitas akibat terjadinya inbreeding. Selain itu, tantangan untuk mengolah wool dari domba Batur agar menjadi nilai tambah bagi peternak di Banjarnegara selain itu juga memberikan side effect bagi pertumbuhan wisata di wilayah Dieng. Apabila tantangan tersebut dapat teratasi, maka semakin besar peluang terwujudnya peningkatan populasi domba Batur.
Melalui Festival Domba Batur yang didalamnya terdapat kegiatan Kontes Domba Batur dan Lomba Cukur Wol Domba ini diharapkan akan timbul motivasi peternak untuk memelihara dan mengembangkan domba Batur. Tujuan lain yang akan dicapai dalam kegiatan ini adalah sebagai anjang pesta bagi insan peternakan untuk menampilkan berbagai keberhasilan yang telah dicapai oleh Peternak, Pelaku Usaha dan Stakeholder Peternakan; serta menjadikan domba Batur sebagai bagian dari ikon budaya masyarakat Banjarnegara,hal ini juga merupakan langkah strategis dalam penyelamatan sumberdaya genetik domba Batur sekaligus juga untuk mengangkat citra pariwisata di Kabupaten Banjarnegara khususnya di wilayah Dieng.
Acara Festival Domba Batur ini diharapkan memberikan dampak peningkatan populasi domba Batur di akhir tahun 2018 dan ditahun-tahun berikutnya. Kegiatan ini juga mampu bermakna dan bergaung tidak hanya untuk kabupaten Banjarnegara tetapi juga kepada daerah-daerah lain dan dapat menjadi contoh keberhasilan suatu kegiatan nasional. 
Acara semacam ini semoga memberikan ide bagi daerah-daerah lain untuk menunjukkan potensi ternak di daerahnya.. Ide Sederhana untuk Kemuan Peternakan Bersama. [mc]